Kekayaan Budaya Yang Tersebar di Tanah Ibu Pertiwi

Tarian Tradisional Yang Tetap Dilestarikan



Indonesia memanglah negara yang akan kaya dengan berbagai kebudayaannya, makanan tradisional hingga adat istiadat. Indonesia pula memiliki lebih dari 15.000 pulau. Tapi yang tercatat (yang sudah memiliki nama) lebih dari 14.000. Pulau utama Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua adalah Kepulauan Indonesia yang terbesar. Dalam satu pulau pastinya memiliki masing-masing suku yang berbeda bahasa, kebiasaan hingga adat istiadat, salah satunya adalah Suku Toraja, dan Suku Bugis yang berada di Sulawesi Selatan (kampung orang tua saya hehe). Tak lupa juga di Pulau jawa tempat saya tinggal, di pulau jawa ini sendiri ada suku betawi, sunda dll.

Pastinya di setiap suku memiliki adat dan istiadat yang berbeda-beda. Kita lihat saja misalnya pada saat ada pernikahan. Setiap suku memiliki adat-adat mereka masing-masing. Mulai dari pelaksanaan pernikahan, busana pernikahannya, dekorasi pesta nya sampai musik yang dibawakannya sesuai dengan adatnya masing-masing. Tapi ada juga yang sampai memperhatikan hidangan yang akan disaji. Agar suasananya semakin terasa.

Nah disini saya akan mengambil satu kebudayaan Indonesia yang sampai sekarang ini masih di budayakan, yang akan saya bahas adalah kebudayaan seni tari Serimpi. Pasti kalain tahu dong yah apa itu tari serimpi? kalau kalian tidak tahu itu SUNGGUH TERLALU yuklah kita liat yang di bawah ini ajah untuk penjelasan mengenai tari serimpi.

Suatu jenis tari klasik dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan jawa. Dibawakan oleh 4 penari,  karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Masing-masing mendapat sebutan air, api, angin dan bumi/tanah, yang melambangkan terjadinya manusia. Di samping itu juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sementara nama peranannya adalah Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya yang berbentuk segi empat melambangkan tiang Pendopo atau empat unsur dari dunia, yaitu :



1. Grama (Api)
2. Angin (Udara)
3. Toya (Air)
4. Bumi (Tanah)

Nama serimpi sendiri dikaitkan ke akar kata impi atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang ¾ hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.
Dibawa ke alam lain? Apakah itu artinya tari serimpi adalah tarian yang mistik dan memerlukan sesajen. 
Dalam pagelaran, tari serimpi tidaklah selalu memerlukan sesajen seperti pada tari Bedhaya, melainkan hanya di waktu-waktu tertentu saja. Adapun iringan musik untuk tari Serimpi adalah mengutamakan paduan suara gabungan, yakni saat menyanyikan lagu tembang-tembang Jawa.

Dari pada bertanya-tanya apa bener atau tidaknya Tarian Serimpi termasuk tarian mistik mending kita baca dulu yuk kawan-kawan bagaimana sejarah kisah sebenernya Tarian Serimpi ini muncul!!.

Kemunculan tari Serimpi ini berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan. Serimpi memiliki tingkat kesakralan yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang melambang kekuasaan raja yang berasal dari zaman Jawa Hindu, meskipun sifatnya tidak sesakral tari Bedhaya.

Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, tari Serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara akal manusia dan nafsu manusia.

Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Serimpi walaupun inti dari tarian masih sama. Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena sebelumnya terkekang oleh tembok keraton.

Tema perang dalam tari Serimpi, merupakan falsafah hidup ketimuran. Peperangan dalam tari Serimpi merupakan simbolik pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Bahkan tari Serimpi dalam mengekspresikan gerakan tari perang lebih terlihat jelas. Hal ini karena dilakukan dengan gerakan yang sama dari dua pasang prajurit melawan prajurit yang lain dengan dibantu properti tari berupa senjata. Senjata atau properti tari dalam tari putri antara lain berupa keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak pendek, jemparing dan pistol.

Disamping keris digunakan pula jembeng ialah sebangsa perisak. Bahkan pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwono VII, dijumpai pula tari serimpi dengan alat perang pistol yang ditembakkan ke arah bawah pada akhir abad ke-19. Pola iringan tari Serimpi adalah gendhing “sabrangan” untuk perjalanan keluar dan masuknya penari, yang dibarengi bunyi musik tiup dan genderang dengan pukulan irama khusus. Pada bagian tarinya mempergunakan gendhing-gendhing tengahan atau gendhing ageng yang berkelanjutan irama ketuk 4, kemudian masuk ke gendhing ladrang kemudian ayak-ayak beserta srebegannya khusus untuk iringan perang.

Tarian Srimpi Sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Serimpi sangopati. Kata sangapati itu sendiri berasal dari kata sang apati sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.

Ketika Pakubuwono IX memerintah kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-1893, beliau berkenaan merubah nama Sangapati menjadi Sangupati. Hal ini dilakukan berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa pemerintahannya, yaitu pemerintah Kolonial Belanda memaksa kepada Pakubuwono IX agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada Belanda. Disaat pertemuan perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu para tamu Belanda dengan pertunjukan tarian Serimpi Sangopati.

Sesungguhnya sajian tarian Serimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan semata, tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan sebagai bekal bagi kematian Belanda. Alasannya kata sangopati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu pistol-pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan peluru yang sebenarnya. Ini dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penari pun telah siap mengorbankan jiwanya.

Maka ini tampak jelas dalam pemakaian sampir warna putih yang berarti kesucian dan ketulusan. Pakubuwono IX terkenal sebagai raja amat berani dalam menentang pemerintahan Kolonial Belanda. Sebetulnya sikap berani menentang Belanda dilandaskan atas peristiwa yang menyebabkan kematian ayahnya yaitu Pakubuwono VI (pahlawan nasional Indonesia).

Salah satu kekayaan Keraton kasunanan Surakarta ini tengah diupayakan konservasinya adalah berbagai jenis tarian yang sering menghiasi dan menjadi hiburan pada berbagai acara yang digelar di lingkungan keraton. Dari berbagai jenis tarian tersebut yang terkenal sampai saat ini adalah tari Serimpi Sangupati. Penamaan Sangupati sendiri ternyata merupakan salah satu bentuk siasat dalam mengalahkan musuh.

Tarian ini sengaja ditarikan sebagai salah satu bentuk politik untuk menggagalkan perjanjian yang akan diadakan dengan pihak Belanda pada masa itu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar pihak keraton tidak perlu melepaskan daerah pesisir pantai utara dan beberapa hutan jati yang ada. Perjanjian dimaksudkan bisa digagalkan.

Tarian Serimpi Sangaupati sendiri merupakan tarian yang dilakukan 4 penari wanita. Di tengah-tengah tariannya dengan keempat penari tersebut dengan keahliannya, memberikan minuman keras kepada pihak Belanda dengan memakai gelek inuman.

Ternyata taktik yang dipakai sangat efektif, setidaknya bisa mengakibatkan pihak Belanda tidak menyadari kalau dirinya dikelabui. Pihak Belanda terlanjur terbuai dengan keindahan tarian, ditambah lagi dengan semakin banyaknya arak yang ditegak membuat mereka mabuk. Buntutnya, perjanjian yang sedianya akan diadakan akhirnya berhasil digagalkan. Dengan gagalnya perjanjian tersebut maka beberapa daerah yang disebutkan diatas dapat diselamatkan.

Namun demikian yang perlu digarisbawahi dalam tarian ini adalah keberanian para prajurit puteri tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh penari serimpi itu. Karena jika siasat itu tercium oleh Belanda, maka yang akan menjadi tumbal pertama adalah mereka para penari tersebut. Boleh dibilang mereka adalah prajurit di barisan depan yang menjadi penentu berhasil dan tidaknya misi menggagalkan perjanjian tersebut. Untuk mengaburkan misi sebenarnya yang ada dalam tarian tersebut, maka nama tari itu disebut dengan Serimpi Sangaupati yang diartikan sebagai sangu pati.

Saat ini Serimpi Sangupati masih sering ditarikan, namun hanya berfungsi sebagai sebuah tarian hiburan saja. Dan adegan minum arak yang ada dalam tari tersebut masih ada namun hanya dilakukan secara simbol saja, tidak dengan arak yang sesungguhnya.

Selain Tari Serimpi Sangopati (karya : Sinuhun Pakubuwono IX), muncullah variasi tarian serimpi lainnya yaitu :


  • Tari Srimpi Anglirmendhung

Menurut R.T. Warsadiningrat, Anglirmedhung ini digubah oleh K.G.P.A.A.Mangkunagara I. Semula terdiri atas tujuh penari, yang kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun Paku Buwana. Tetapi atas kehendak Sinuhun Paku Buwana IV Tari Serimpi Yogyakarta ini dirubah sedikit, menjadi Srimpi yang hanya terdiri atas empat penari saja.


  • Tari Srimpi Ludira Madu

Tari Srimpi Ludira Madu ini diciptakan oleh Paku Buwono V ketika masih menjadi putra mahkota Keraton Surakarta dengan gelar sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom. Tari Serimpi Yogyakarta ini diciptakan untuk mengenang ibunda tercinta yang masih keturunan Madura, yaitu putri Adipati Cakraningrat dari Pamekasan. Ketika sang ibu meninggal dunia, Pakubuwono V masih berusia 1 ½ tahun , dan masih bernama Gusti Raden Mas Sugandi. Jumlah penari dalam tarian ini adalah 4 orang putri. Dalam Tari Serimpi Yogyakarta ini digambarkan sosok seorang ibu yang bijaksana dan cantik seperti jelas dituliskan pada syair lagu Srimpi Ludira Madu. Nama Ludira Madu diambil dari makna Ludira Madura yang berarti “ Darah/ keturunan Madura”.


  • Tari Serimpi Renggawati.

Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita petikan dari “Angling Darmo” yang magis, dengan menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.


  • Tari Serimpi Cina.

Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan pakaian cina.


  • Tari Serimpi Pistol.

Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu pistol.


  • Tari Serimpi Padhelori.

Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari “Menak”, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti, sebagaimana dikisahkan dalam syair vokalianya. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.


  • Tari Serimpi Merak Kasimpir.

Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.


  • Tari Serimpi Pramugrari.

Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Pramugrari adalah Gending Pramugrari.

Seiring berjalannya waktu pakaian tari Serimpi mengalami perkembangan. Jika semula seperti pakaian temanten putri Kraton gaya Yogyakarta, dengan dodotan dan gelung bokornya sebagai motif hiasan kepala, maka kemudian beralih ke “kain seredan”, berbaju tanpa lengan, dengan hiasan kepala khusus yang berjumbai bulu burung kasuari, gelung berhiaskan bunga ceplok dan jebehan. Karakteristik pada penari Serimpi dikenakannya keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Penggunaan keris pada tari Serimpi adalah karena dipergunakan pada adegan perang, yang merupakan motif karakteristik tari serimpi.

Beginilah perubahan penampilan baju yang di kenakan para penari tari serimpi 

Pakaian Penari Serimpi pada awalnya

Pakaian penari serimpi yang sudah beralih ke "Kain Seredan"
nih bagi yang penasaran bagaimana gerakan tari serimpi yang sebenernya saya kasih videonya yah







No comments:

Post a Comment